Laman

Assalamu'alaikum Wr. Wb..
Maturnuwun...Sudah meluangkan waktu membuka blog ini. Semoga apa yang dibaca dapat bermanfaat, Amin...

Senin, 15 April 2013

P. Normal Sinus Rhytm & Irama Yang Berasal Dari SA Node

Pada topik ini saya akan mencoba menjelaskan kembali tentang apa sih yang dimaksud dengan EKG normal dan macam-macam irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node. Ada beberapa nama irama jantung yang dominan pacemekernya berasal SA node, dan anda harus mengenal dan memahami gambaran EKG yang menggambarkan irama jantung dengan pacemaker berasal dari SA node. Inilah nama-nama gambaran EKG atau irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node adalah sebagai berikut :

1. Normal Sinus Rhytm
2. Sinus Bradikardia
3. Sinus Takikardia
4. Sinus Sinus Aritmia

Anda masih ingat bahwa ada 3 sumber pusat pacemaker alami yang dimiliki oleh jantung kita yaitu berasal dari SA node, AV node, Furkinje fiber. Ketiga sumber pacemaker alami jantung tersebut akan merefleksikan gambaran EKG yang satu sama lain akan berbeda. Untuk itu kita harus benar-benar memahami dan mengerti dalam mengidentifikasi dominan sumber pacemaker pada gambaran sebuah EKG.

Salah satu kriteria normal EKG adalah sumber pacemakernya berasal dari SA node, maka dari itu anda tidak boleh ragu untuk memutuskan dalam menyimpulkan hasil analisa/interpretasi EKG untuk mengatakan aritmia/disritmia jika sumber pacemaker berasal selain dari SA node.

Jadi keempat irama jantung diatas yang berasal dari SA node adalah normal EKG abu ?? Jawabnya tidak !! Kita hanya bisa mengatakan Normal Sinus Rhytm sebagai parameter normal EKG.

Sedangkan ketiga nama lainya bisa normal dan tidak normal karena ketiga nama tersebut merefleksikan gambaran EKG akibat pengaruh atau reaksi/respon dari tubuh kita. Untuk itu saya akan menjelaskan satu persatu gambaran EKG yang sumber pacemakernya berasal dari SA node.




1. NORMAL SINUS RHTM





Untuk menentukan sumber utama pacemaker berasal dari mana adalah dengan membuat rekaman EKG strip panjang yang diambil salah satu EKG 12 lead yang dianggap jelas morfologi gelombangnya. Tapi biasanya semua dokter atau semua interpreter EKG akan memilih dan membuat panjang EKG strip yang diambil dari lead II dan V1. Menurut saya ambilah rekaman strip panjang dari lead yang mempunyai morfologi gelombang yang bagus dan jelas, tapi prioritaskan kita ambil dari lead II dan V1.

Setelah itu kita identifikasi morfologi gelombang P antara beat yang satu dengan beat yang lainnya dalam lead panjang yang kita ambil. Tentunya gelombang yang berasal dari SA node akan mempunyai bentuk/ukuran gelombang P dan PP interval dari beat ke beat akan sama.

Gelombang yang berasal dari SA node akan mengeluarkan impuls berkisar antara 60 sampai 100 x/menit, bagaimana cara menghitungnya? Penghitungannya sama dengan cara menghitung frekfensi jantung umumnya. Tapi untuk menghitung impuls atau frekfensi dari SA node atau atrial adalah dengan menghitung PP intervalnya.

Baik pada lead panjang yang kita pilih maupun pada semua 12 lead yang kita rekam, antara atrial dan ventrikel harus berbanding 1 : 1 atau dengan kata lain setiap 1 (satu) gelombang P harus diikuti oleh 1 (satu) komplek QRS. Dan morfologi gelombang serta jaraknya sama, sehingga akan membentuk irama jantung yang teratur.

Pada saat membaca EKG 12 lead dengan gambaran EKG normal sinus rhytm, kita harus menemukan gelombang P akan selalu berdefleksi positip di lead II dan akan selalu berdefleksi negatif di lead aVR. Kecuali terdapat 2 kemungkinan yaitu kesalahan penempatan elektroda dan EKG dextrocardia atau posisi jantung bergeser ke kanan.

Normal Sinus Rhytm adalah gambaran murni EKG normal tanpa adanya intervensi subtansi lain yang mempengaruhinya.

2. SINUS BRADIKARDIA




Yang membedakan antara sinus bradikardi dengan normal sinus rhytm adalah Frekfensi jantungnya.
Pada sinus bradikardia frekfensi jantungya kurang dari 60 x/menit, sedangkan ciri yang lainya persis sama dengan normal sinus rhytm.

Seringkali kita menemukan pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit dan bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa ada keluhan yang berarti, ini biasanya kita temukan pada jantung olah ragawan atau orang yang melakukan kegiatan olah raga yang teratur seperti para atlit. Jadi siapapun orangnya yang melakukan olah raga secara teratur dan benar, akan didapatkan frekfensi jantung yang kurang dari 60 atau bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa adanya keluhan.

Frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit juga bisa disebabkan oleh beberapa penyebab seperti obat-obatan (digoxin, beta blockers, calcium channel blockers) dan biasanya terjadi setelah pasca serangan jantung dan stroke.
Jadi kita hanya melakukan intervensi pada pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit apabila si pasien mengalami gejala-gejala yang menganggu haemodinaik pasien.

Untuk itu kita tidak boleh memutuskan hasil analisa EKG hanya dengan melihat EKG saja tanpa mempertimbangkan keadaan klinis pasien maupun riwayat kesehatan pasien.
Ingat !!! jangan obati EKG tapi obati klinis pasiennya.



3. SINUS TAKIKARDIA




Seperti halnya dengan sinus bradikardia, hanya satu yang membedakan antara sinus takikardia dengan normal sinus rhytm yaitu frekfensi jantungnya.
Pada sinus takikardia, frekfensi jantungnya lebih dari 100 x/menit. Ada batas atasnya abu? Saya tidak mengatakan ada atau tidak adanya batasan atas (upper limit) untuk sinus takikardia, semuanya kita jawab pada prakteknya nanti.
Kalau kita batasi upper limitnya seperti yang tertulis pada buku-buku EKG dengan batasan antara 100 - 150 x/menit, saya akan balik tanya dengan beberapa pertanyaan. Apakah anda akan masih mengatakan sinus takikardi jika menemukan frekfensi jantung lebih dari 100 x/menit dan kurang dari 150 x/menit, walaupun morfologi gelombang P nya tidak sama dari beat to beat? Anda yakin gelombang Pnya berasal dari SA node??

Peningkatan frekfensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia biasanya terjadi oleh adanya respon fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan yang menggangu hemostasis tubuh. Dari sekian banyak penyebab frekfensi jantung melebihi 100 x/menit pada kasus sinus takikardia, kita mengenal beberapa keadaan yang harus kita tahu seperti :
- Keadaan normal respon : sehabis melakukan aktivitas, kesakitan, demam, stress dan cemas.
- Hypovolemik
- Anemia
- Obat-obatan
- Gagal jantung
- Perdarahan
- Emboli pulmonal dan Distress pernapasan
- Sepsis
- Perikarditis
- Dll
Jadi kita tidak boleh serta merta melakukan intervensi untuk menurunkan frekfensi jantungnya.


4. SINUS ARITMIA



Untuk membedakan sinus aritmia dengan normal sinus rhytm dan sinus bradikardia adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh pengaruh pernapasan, baik inspirasi maupun ekspirasi.
Biasanya kita akan menemukan pada anak ABG atau anak-anak yang masih muda.



http://abu-nazmah.blogspot.com/

O. V. Cara membaca 12 Lead EKG

1. Anda harus tenang dan kosentrasi sebelum menganalisa 12 lead EKG. Siapapun orangnya baik cardiologist maupun orang yang expert dalam membaca EKG apabila tidak tenang dalam menganalisa 12 lead EKG, bukan tidak mungkin misinterpretation bisa terjadi. Anda hanya memerlukan waktu kurang dari 5 menit dalam menganalisa 12 lead EKG, jadi sekali lagi ketenangan dan kosentrasi sangatlah penting.

2. Setelah 12 lead EKG sudah di depan mata anda, anda jangan terburu-buru mengidentifikasi normal atau abnormal EKG tersebut. Pastikan dulu kalau 12 lead EKG yang anda rekam dengan kecepatan 25mm/detik dan standarisasi 1mV yang artinya 10 kotak kecil (1cm) mewakili 1mV.

3. Anda apa orang lain yang melakukan perekaman EKG? Kalau bukan anda sendiri yang melakukan perekaman 12 lead EKG, anda harus mengeceknya apakah pemasangan elektrodenya sudah tepat? Caranya? Baca lagi topik perekaman EKG. Ingat segitiga Einthoven !! Lead II = Lead I + Lead III juga anda bisa menggunakan sandapan unipolar ektremitas yaitu aVR + aVL + aVF = O.

4. Kalau anda sudah yakin bahwa perekaman dan penempatan elektroda sudah tepat, langkah berikutnya adalah tentukan dari mana dominan impuls berasal ? (dari SA node, AV node atau furkinje fiber). Caranya bagaimana? Baca lagi elektrofisiologi jantung. Normal impuls berasal dari SA node yaitu dengan memastikan di lead II harus mempunyai gel P dengan defleksi positip, dan di lead aVR harus mempunyai gel P dengan defleksi negative. Dan setiap gelombang P harus diikuti oleh komplek QRS atau dengan kata lain perbandingannya 1 : 1. Apabila ada gel P yang normal tapi tidak diikuti dengan komplek QRS, anda tahu kan apa namanya? baca lagi kursus EKG bagian III!!
Tapi jika anda temukan 12 lead EKG dengan pemasangan yang tepat tapi gel P defleksi negative di lead II dan positip di lead aVR, EKG ini dinamakan DEXTOCARDIA atau posisi jantung berada di sebelah kanan dan anda boleh lanjutkan interpretasinya.

5. Tentukan iramanya ( regular atau irregular). Caranya hitung jarak RR interval antara RR interval yang satu dengan RR interval lainya. Kalau jaraknya sama, maka dinamakan iramanya teratur ( regular). Begitu sebaliknya jika jarak antara RR interval tidak sama dinamakan iramanya tidak teratur (irregular). Anda juga bisa menggunakan PP interval jika gel P tampak jelas dengan cara yang sama.

6. Tentukan frekwensi jantung atau HR. Caranya baca kursus ekg bagian III.

7. Hitung nilai normal tiap gelombang, interval, segmen dan komplek. Ada 5 gelombang, 2 interval, 1 segmen, dan 1 komplek yang wajib hitung. Gelombang (P, Q, R, S, T), interval (PR, QT), segmen (ST), komplek ( QRS). Kalau anda sudah membaca dan mengerti dengan topik-topik sebelumnya, anda tidak akan mengalami kesulitan menentukan nilai normal ini. Baca kursus EKG bagian II.

8. Identifikasi konfigurasi komplek QRS di sandapan precordial. Normal EKG akan memiliki konfigurasi komplek QRS di V1 dengan gelombang r kecil dan semakin meninggi tingginya dari V1 s/d V6. Dan normal EKG akan memiliki konfigurasi komplek QRS di lead V1 dengan gelombang S yang dalam dan semakin memendek dalamnya dari V1 s/V6. ( Lihat gambar 52 a & b)


Gb : 52 A Gb : 52 B


9. Tentukan berapa aksis jantungnya. Apakah ( normal, LAD, RAD). Baca kursus ekg bagian II.

10. Tentukan apakah adanya pembesaran jantung atau kelainan lainya seperti LAE, RAE, LVH, RVH dan lain-lain. Baca kursus ekg bagian III.

11. Kesimpulan analisis. Anda akan bisa menentukan kesimpulan analisis atau interpretasi EKG anda, jika anda mengikuti topik-topik yang di berikan.
GOOD LUCK !!!


Catatan :
Apabila anda masih bingung dalam mempelajari kursus EKG melalui tulisan ini, silahkan anda kirimkan pertanyaan ke Email (abu_nazmah@yahoo.com). Insya allah akan Beliau jawab pertanyaan anda dengan semaksimal mungkin. Terima kasih
 
http://www.kursusekg-i.blogspot.com/
 

N. IV.3. Pengaruh Obat-obatan dan Elektrolit Terhadap EKG

3.1. Pengaruh Gangguan Keseimbangan Elektrolit Pada ekg

Apa yang telah saya jelaskan pada topik elektrofisiologi jantung, bahwa peranan elektrolit pada aktivitas bioelektrikal khususnya pada jantung sangatlah besar sekali. Dimana komponen elektrolit mempunyai peranan besar dalam proses elektrofisiologi pada jantung. Anda masih ingat dengan nama elektrolit yang mempunyai andi besar yaitu kalium, kalsium, natrium, dan magnesium.


Yang harus anda identifikasi dari EKG untuk mengetahui gangguan keseimbangan elektrolit adalah hyperkalemia, hypokalemia, hypercalcemia dan hypocalcemia.

1. Hyperkalemia (lihat pada gb.49)

ciri-cirinya :

Gel T tinggi lebih dari 10 mm diprecordial lead atau lebih dari 5 mm di ekstremitas lead.
Kalau tidak di obati, gambaran EKG akan terdapat PR interval memanjang, kemudian gel P menjadi datar dan komplek QRS menjadi lebar, kemudian berubah menjadi Ventrikel fibrilasi.












Gb : 49



2. Hypokalemia (lihat gb.50)


Ciri-cirinya :
Adanya gel U yang tingginya bisa sama dengan gel T, bahkan lebih tinggi dari gel T.
Tiap pasien berbeda, artinya tidak smua pasien dengan kalium rendah akan menyebabkan munculnya gel U.
Gel U muncul diawali dengan gel T yang datar atau inverted, sampai pada titik rendah nilai kaliumnya, sehingga akan muncul gel U.
Biasanya gel U paling mudah kita identifikasi di precordial lead.












Gb : 50


3. Hypercalcemia

Ciri-cirinya :
QT interval memendek,yaitu tidak adanya ST segment


4. Hypocalcemia

Ciri-cirinya :
QT interval memanjang, yaitu lebih dari normal ( > 0,46 detik).



3.2. Pengaruh Obat-obatan Pada EKG

1. Digitalis Efek
Ciri-cirinya :
Adanya ST segmen sag
Gel T datar atau bisa juga bipasic
QT interval pendek
PR interval memanjang atau gambaran EKG AV blok first degree.
Adanya gel U

2. Quinidine Efek (lihat gb.51)
Ciri-cirinya :
Biasanya akan mempengaruhi gel T dan QT interval
Gel T lebar, datar, bahkan inverted.











Gb : 51

3. Procainamede Efek
Ditandai dengan komplek QRS yang lebar


http://www.kursusekg-i.blogspot.com/

M. IV.2. Hypertrophy Otot Jantung

Hypertrophy otot jantung bisa diagnosis dengan EKG, depolarisasi otot jantung akan terekam oleh EKG dengan digambarkan oleh voltase yang berupa grafik EKG. Semakin besar otot jantung akan membutuhkan waktu yang lebih untuk didepolarisasi. Sehingga pada kasus hypertrophy, akan muncul voltase yang beda dengan normal. Semua tergantung dimana letak otot jantungnya yang akan didepolarisasi dan elektroda positip mana (lead) yang merekamnya. Ingat sistem hexaxial reference !


Jantung di bagi menjadi 4 ruang, yaitu : atrium/serambi kanan, atrim/serambi kiri, ventrikel /bilik kanan, ventrikel /bilik kiri. Untuk itu saya akan memberikan contoh EKG yang menggambarkan pembesaranke empat ruangan tersebut beserta kriterianya. Untuk atrium digunakan nama enlargment atau dilatasi.

2.1. Dilatasi Otot Atrium Kanan (RAE)
Ciri-cirinya :
Adanya gel P pulmonal, yaitu gel P yang ramping dan tinggi
Gel P > 2,5 mm paling jelas anda lihat pada lead II dan >2 mm di lead V1
(lihat gambar 45).











Gb : 45


2.2. Dilatasi Otot Atrium kiri
Ciri-cirinya :
Adanya P mitral, yaitu gel P yang lebar atau berlekuk. Paling jelas anda lihat di lead II atau kearah lead mana sudut aksis jantungnya.
Adanya gel P dengan defleksi negatif pada lead V1.
(lihat gambar 46).














Gb : 46


2.3. Hypertrophy Otot Ventrikel Kanan (RVH)
Ciri-cirinya :
Perbandingan gel R/S di lead V1 lebih dari 1
Tinggi gel R di lead V1 > 5mm
Aksis jantung ke kanan atau RAD
Gel S di lead V1 dalamnya <2mm,> 7mm.
Adanya pattern komplek QRS seperti qR
Adanya P pulmonal
Gel R di lead V1 + gel S di lead V6 = > 10 mm. (lihat gambar 47)












Gb : 47

2.4. Hypertropphy Otot Ventrikel Kiri (LVH)
Ciri-cirinya :
Gel R di lead V6 atau V5 lebih dari 27 mm yang disertai dengan ST segment strain pattern yaitu mirip dengan ST depresi.
Gel S di lead V1 atau V2 lebih dari 27 mm
Gel R di lead V1 atau V2 ditambah Gel S di lead % atau V6 lebih dari 35 mm
Gel R di lead aVL > 11 mm
Gel R di lead aVF > 20 mm (lihat gambar 48).













Gb : 48

http://www.kursusekg-i.blogspot.com/

L. IV.1. Myocardiac Ischemia & Myocardiac Infarction

Topik ini bagi saya pribadi adalah sangatlah menegangkan karena inilah topik yang ditunggu-tunggu saat kita mempelajari EKG. Ya boleh dikatakan topik ini adalah jantung dari kursus EKG. Seperti yang anda ketahui bahwa jantung merupakan organ tubuh yang sangat dan sangat vital sekali yang bertugas secara disiplin dan teratur memompakan darah keseluruh bagian tubuh dan jantung itu sendiri. Untuk menjaga continuitas kerja jantung secara maksimal atau adekuat, maka jantung harus mendapatkan pasokan darah (nutrisi) yang adekuat pula.Apabila pasokan atau aliran darah ke jantung mengalami penurunan atau tidak seimbangnya antara kebutuhan darah yang di butuhkan jantung dengan pasokan darah yang di alirkan ke jantung, maka jantung akan mengalami gangguan yang dinamakan dengan jantung iskemia.
Dan apabila pasokan/aliran darah mengalami hambatan atau sumbatan, maka jantung akan mengalami gangguan yang dinamakan serangan jantung atau acut miokardiac infarction.



Perlu saya garis bawahi dengan tinta emas, bahwa jantung iskemia dan serangan jantung atau akut miokardiac infarction akan jelas terekam dalam EKG yang nanti saya jelaskan, dimana kriteria pada rekaman EKG untuk jantung iskemia atau acut miokardiac infarction bukanlah menjadi patokan utama dalam menegakkan diagnosa tersebut. Tapi anda harus menetapkan keadaan klinis pasien sebagai pegangan utam kita sebelum menegakkan diagnosa.

A. Myocardiac Ischemia atau Jantung Ischemia

Myocardiac ischemia atau jantung iskemia adalah suatu keadaan dimana ketidakseimbangan antara kebutuhan jantung akan darah dengan pasokan atau suplai darah yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darau arteri koroner. Penyempitan arteri koroner paling sering disebabkan oleh arterosklerosis dan arteri koroner spasme.

Arterosklerosis adalah suatu proses yang sudah dimulai sejak kita lahir, dan proses ini tidak hanya pada pembuluh darah jantung tapi diseluruh pembuluh darah proses ini sudah dimulai dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya hidup, pola makan dll.

Anda merasa jantung anda sehat-sehat saja biarpun lifestyle anda tidak anda perhatikan seperti mengkonsumsi lemak lebih, merokok, kurang aktivitas dll. Anda beranggapan demikian karena jantung kita dalam batas tertentu mampu melindungi dari iskemia, akan tetapi apabila kebutuhan jantung bertambah misalkan saat anda melakukan aktivitas ringan sampai berat dimana jantung tidak bisa melindungi dirinya lagi, maka anda akan mengalami keluhan seperti nyeri dada yang hebat, dada terasa terbakar atau tertekan dan nyeri bisa menjalar (bahu, lengan dan leher).Keadaan ini dinamakan anda sedang mengalami stable angina. Jika keluhan muncul tidak lagi pada saat anda melakukan aktivitas dinamakan unstable angina. Apabila unstable angina tidak ditangani dengan tepat, maka bukan tidak mungkin lagi serangan jantung atau acut myocardiac infarction dan kematian mendadak akan terjadi.

Dengan EKG, jantung iskemia bisa anda identifikasi berupa gambaran ST segmen depresi dengan kriteria sebagai berikut :
ST segmen depresi > 1mm
Terdapat lebih dari 1 ST segmen depresi
ST segmen depresi bisa berupa datar atau horizontal, downsloping atau upsloping.
(lihat gb. 31 a, b, c, d)






(A)










(B)








(C)






(D)
( Gb :31 )

Saya ingatkan kembali bahwa keadaan klinis pasien lebih utama dengan gambaran EKG. Kalau anda menemukan ST depresi atau T inverted tapi tidak ditemukan signs yang mengarah ke diagnosa jantung iskemik, maka anda namakan gambaran tersebut dengan ST atau T non spesifik. Tapi ST or T nonspesifik ini bukan berarti tidak penting, tapi anda harus mengkajinya kenapa terjadi gambaran EKG tersebut. Adapun penyebab gambaran dengan ST atau T nonspesifik itu adalah sebagai berikut :
Gangguan keseimbangan elektrolit
Myocarditis & Pericarditis
Cardiomypaty
Pulmonary emboli, dll.


B.Acut Myocardiac Infarction (AMI) atau Serangan Jantung

Seperti yang saya katakan diatas bahwa apabila jantung iskemia khususnya unstable angina tidak anda tangani dengan tepat, maka myocardiac infarction atau serangan jantung akan terjadi. AMI atau serangan jantung adalah keadaan dimana tidak mendapatkan suplai darah lagi yang disebabkan adanya sumbatan total dipembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan kerusakan jaringan otot jantung atau infarction.

Adapun tanda-tanda serangan jantung atau acut myocardiac infarction adalah sama dengan jantung iskemia, akan tetapi nyeri dada pada serangan jantung tidak bisa dihilangkan dengan analgesik biasa (harus dengan morphine), kadang disertai dengan keringat dingin serta muntah dan kematian mendadak bila lambat atau kurang tepat penangananya.

Banyak rekan-rekan kita yang mungkin masih bingung dan belum tahu dalam memahami myocardiac infarction, sehingga dalam prakteknya mereka beranggapan kalau istilah myocardiac infarction adalah sosok serangan yang menyerang jantung dan bisa menyebabkan kematian. Benar sekali kalau AMI sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa pasien bila tidak ditangani dengan tepat. Akan lebih baik jika anda mengenal dan memahami letak MI serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi yang harus anda waspadai atau observasi setelah post MI. Disamping itu, tidak semua AMI akan menyebabkan kematian mendadak. Karena tergantung letak bagian otot mana yang terkena MI dan clinical jantung itu sendiri. Misalkan pasien dengan latar belakang lifestyle yang kurang sehat atau adanya penyakit jantung yang menyertainya, maka jika terkena serangan jantung yang sebenarnya tidak menyebabkan kematian jika ditangani secara tepat, tapi pada pasien ini bisa menyebabkan kematian mendadak sebelum pertolongan datang.


Apa yang anda harus perhatikan pada EKG untuk pasien yang mengalami AMI ? Ada 3 kriteria yang harus anda temukan untuk mendiagnosa AMI ( acut myocardiac infarction) dengan ST segmen elevasi atau (STEMI) yaitu :

1. Clinicaly pasien adalah yang paling utama, dimana pasien mengeluh tidak nyaman di dada seperti rasa tertekan,terbakar dan sakit di dada yang menyebar (ke bahu, lengan dan leher) yang disertai dengan keringat dingin dan kadang pasien muntah.
2. Adanya ST segmen elevasi dengan atau tanpa adanya gel Q patologis. Gel Q patologis cirinya yaitu dalamnya lebih dari 1/3 gelombang R.
3. Adanya peningkatan enzim jantung ( CKMB, CK, Troponomin )
( jika tidak anda temukan ST segmen elevasi dan gel Q patologis maka dinamakan Non -Q MI)


Seperti yang saya katakan bahwa AMI berasal dari jantung iskemik yang tidak diobati tangani dengan baik. Seperti yang anda lihat pada gb 32 yang terekam oleh holter monitor bahwa diawali dengan gelombang T yang tinggi dan runcing (fase hyper acut T) . Anda tidak akan pernah mendapatkan gambaran hyper acut T pada 12 lead EKG karena sangat singkat sekali prosesnya.






Gb : 32

Fase acut/ injury yaitu ditandai dengan ST segmen elevasi yang sudah disertai atau tidak dengan gel Q patologis. Fase ini terjadi kurang lebih dari 0 - 24 jam.

Fase early evolusion, yaitu ditandai masih dengan ST segmen elevation tapi gel T mulai inverted. Proses ini terjadi antara 1 hari sampai beberapa bulan.

Fase old infarct, yaitu gelombang Q yang menetap disertai gel T kembali ke normal . Proses ini di mulai dari beberapa bulan MI sampai dengan tahun dan seumur hidup. ( lihat gb 33 ).













Gb : 33


Adapun beberapa letak acut myocardiac infarction (AMI) yang harus anda kenali yaitu :

1.Septal ---> ST segmen elevasi di lead V1 dan V2,

2.Anterior ---> ST segmen elevasi di lead V1 sampai V4, reciprocal dengan di tandai ST segment depresi di lead II,III, aVF.

3.Anterolateral (ektensif) ---> ST segmen elevasi di lead V1 s/d V6, lead I dan aVL, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lead II, III, aVF

4.Lateral ---> ST segmen elevasi di lead V5 & V6, lead I & aVL
Inferior ---> ST segmen di lead II, III, aVF, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lateral.

Posterior ---> ST segmen di lead V8 & V9

Ventrikel kanan ---> ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R, reciprocal dengan ditandai ST depresi di lead inferior.


Gb: 34 (AMI Septal)





Anda lihat ST segmen elevasi di V1 dan V2










Gb : 35





Anda lihat ST segmen elevasi di V1, V2,V3, V4





Gb : 36 ( AMI Anterior)














Gb : 37 ( AMI Anterolateral)














Gb : 38




Anda lihat ST segmen elevai di lead I, aVL, V6, V6.
Jika anda hanya menemukan ST segmen elevasi di lead I dan aVL saja, maka dinamakan AMI High Lateral.





Gb : 39 (AMI Lateral)














Gb : 40





Anda lihat ST segmen elevasi di lead II, III, aVF
dan ST depresi V6, I, aVL







Gb : 41 ( AMI Inferior)














Gb : 42 (AMI Posterior)



Anda lihat gel R yang tinggi di lead V1, anda harus rekam juga lead V8 & V9 kalau ingin menemukan ST segmen elevasi.









Gb : 43











Gb : 44 ( AMI Ventrikel kanan)





Kalau anda rekam ekg, anda akan mendapatkan ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R dan reciprocal di lead inferior anda akan temun ST segmen depresi.




http://www.kursusekg-i.blogspot.com/

K. Contoh Aritmia EKG dengan kriterianya

A. SA Node






( Sinus Bradikardia)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.






(Sinus Takikardia)

Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung (HR) lebih dari 100x/menit.








(Sinus Aritmia)

Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.







(Sinus Arrest)

Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.

Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.







(Sinus Blok)

Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.


B. Otot Atrium







(PAC or AES)

Ciri-cirinya :
Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium tidak sama dengan gel P yang berasal dari SA node. PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial ekstra sistole) yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.






 


(Atrial Flutter)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal






 


(Atrial Takikardia)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).







 


(Multifocal Atrial Takikardia)

Ciri-cirinya :
Irama irreguler
Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam).
Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.






 


(Wandering Atrial Pacemaker)

Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR nya normal.


C. Junctional Region







 

(Junctional Rhytm)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.






 

(Junctional Takikardia)

Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional takikardia lebih dari 100 x/menit.







 

(Accelerated Junctional)

Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated junctional antara 60-100 x/menit.






 

(Junctional Ekstra Sistole or PJC)

Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik atau tidak adanya gel P.







 

 (Junctional Escape Beat)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya, tapi impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada EKG tidak adanya gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.






 


(Supra Ventrikuler Takikardia/SVT)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya lebih dari 150x/menit
Gel P tertutup oleh gel T
Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)





 


(Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT)

Ciri-cirinya :
Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran EKG SVT.
Frekwensinya lebih dari 150 x/menit



 




AV Blok first Degree


Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS normal, RR interval regular
PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu 0,24detik.






 


(AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat berikutnya 0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.






 


(AV Blok 2nd Degree Type II)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular
PR interval harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari normal.
Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.







 

(AV Blok Total/Komplit)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel.
Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek QRS lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.









ciri-cirinya :
Adanya delta wave
PR interval kurang dari normal
Otot ventrikel didepolarisasi bukan melalui sistem konduksi yang normal, melainkan melalui jalur pendek atau bypass sehingga ditemukan PR interval yang pendek.


D. Ventrikel Region







 

(Idioventrikular Rhytm)


Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal







 


(Accelerated Idioventrikular)


Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular


 



(Ventrikel Takikardia/ VT)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal






 

(VT Polymorphic)

Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.





 

(ventrikel Fibrilasi/VF)

Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.





 


(Torsade de pointes)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Frekwensi lebih dari 200x/menit
Komplek QRS lebar
Keadaan ini sangat cepat dan berubah ke VF atau asystole
Ventrikel Ekstra sistole

Ada beberapa macam ventrikel ekstra sistole, yaitu :

Unifokal VES/PVC ---> muncul pada pada gambaran EKG dimana saja, cirinya adanya beat dari ventrikel yang jelas sekali kita lihat. Beat ini bisa ke arah positip defleksi atau negatif defleksi, tergantung di lead mana kita melihatnya.

VES/PVC Bigiminy ---> yaitu alternate VES dimana bergantian dengan normal beat.
VES/PVC Trigeminy ---> yaitu VES yang muncul setelah 2 (dua) normal beat, kalau muncul setelah 3 normal beat dinamakan Quartgemini, dan seterusnya.
VES/PVC Multifocal ---> yaitu adanya lebih dari satu bentuk VES
Consekuti atau Cauplet VES/PVC ---> yaitu VES yang muncul secara beruntun

 VES/PVC R on T ----> yaitu VES yang muncul persis di gelombang T






















 


RBBB (right bundle branch block)










Ciri-cirinya :
Adanya M shape di lead V1 (RSR)
Gelombang S di lateral lead (V6, I, aVL)
Komplek QRS yang lebar.
Aksis jantung bisa normal atau RAD
Karena terjadi blok di bundle his kanan, maka dari bundle his kiri impuls mengarah ke kanan (gel R di V1)dengan singkat kemudian ke kiri (gel S di V1) dan balik lagi ke kanan (gel R lagi di V1) dan (gel S yang lebar di lateral lead).
 


LBBB (left bundle branch block)










Ciri-cirinya :
Adanya kuping kelinci di lateral lead dengan tidak adanya gel Q
Komplek QRS lebar
Tidak ada gelombang R kecil di V1
Aksis jantung ke kiri (LAD)
Awas jangan sampai salah interpretasi dengan old MI anterior atau septal !!
LAHB & LPHB
Dua-duanya adalah cabang dari bundle his kiri
Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead II dan III, serta QRS komplek yang lebar menandakan adanya LAHB.
Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead I &aVL, serta QRS komplek yang lebar menandakan adanya LPHB. 
 
 


http://www.kursusekg-i.blogspot.com/