Laman

Assalamu'alaikum Wr. Wb..
Maturnuwun...Sudah meluangkan waktu membuka blog ini. Semoga apa yang dibaca dapat bermanfaat, Amin...

Rabu, 09 September 2020

UMAT ISLAM INDONESIA

 

SORBAN SANTRI- ISLAM dari dulu ada di Indonesia Damai duduk berdampingan dengan agama lain tidak ada yang saling menghina, karena ulama ulamanya merangkul, banyak non muslim yang simpati dan masuk islam, itulah dakwah yang dikembangkan di indonesia.

Kita dari dulu saling gotong royong tanpa perselisihan Banser menjaga kiyai2 menjaga guru ngaji juga kadang diminta mengamankan ibadah agama lain.

Islam yang dikenalkan di indonesia SANTUN PENUH TATA KRAMA selaras dengan budaya serta ikut melestarikannya, yang tadinya ada faham mendekat syirik dirubah jadi tausiyah serta pengenalan sang pencipta/Allah SWT, sesembahan makanan dirubah jadi memberi makan pada saudara2 yang kekurangan, jampi-jampi dirubah menjadi Dzikir dan mengingat Allah SWT, Ulamanya berjalan seiringan dengan pemerintahan menjadi penasihat dalam mengambil keputusan dan membuat undang-undang tanpa melukai umat lain, memaafkan walau kadang ada perselisihan antara umat lain, musyawarah seperti apa yg dicontohkan Baginda Rasulullah SAW. dan para sahabat-sahabat, itulah islam di indonesia, islam yg menjadi rachmat bagi seluruh alam, yang dari dulu ada di indonesia.

Borobudur masih berdiri tegak, Gereja dan Masjid punya tempat sendiri (bagiku agamaku, bagimu agamamu) tapi dalam satu rumah namanya NKRI, itulah yang menjadikan indonesia menjadi mayoritas muslim

Sadar atau tidak sampai saat ini kita masih sholat dengan damai, ngaji dengan damai, anak-anak kita masih nyaman bermain diluar rumah tanpa takut ada boom meledak, tidakkah kalian syukuri itu.. Dakwah dan dakwah itu yang ditanamkan ulama-ulama jaman dulu, istighfar dan terus beristighfar, walau hidup kekurangan. kita masih damai memandang bulan dimalam hari, sembari mengingat sang pencipta, ingatkah masa kecil kita di ingatkan dengan perayaan perayaan pengenalan terhadap junjungan nabi besar muhammad SAW dimana musholla-Musholla dan Masjid Masjid sangat ramai, makanan melimpah, semua seakan akan bahagia sungguh, tidakah kita syukuri itu? (ARFIYANTO ARIFIN)

PERJUANGAN KYAI DAN SANTRI TAK PERNAH TERCATAT DALAM BUKU SEJARAH

 

 

SorbanSantri – Saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para kiai pesantren memahami dan menerapkan betul kalimat “Hubbul wathan minal iman”, cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Sehingga apapun akan mereka lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Meski harus mengkorbankan nyawa sekalipun.
Fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh PBNU menjadi titik tolak perjuangan para kiai – tentu, beserta santri-santrinya -. Pada 21-22 Oktober, NU mengumpulkan semua kiai dan konsul NU se-Jawa Madura untuk memusyawarahkan tentang sikap yang akan diambil terkait masuknya kembali pasukan Belanda dan sekutu ke Indonesia. Dari pertemuan tersebut, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa fardlu ain bagi umat Islam untuk memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia.
Sontak saja, Resolusi Jihad tersebut segera disambut angkat senjata oleh segenap warga nahdliyin, baik kiai, santri maupun simpatisannya. Tak terkecuali di Banyuwangi. Menyambut seruan tersebut, para kiai kembali mengorganisir para laskar, baik yang tergabung dalam pasukan Hisbullah, Sabilillah, maupun laskar-laskar lokal lainnya.

Di Banyuwangi Kota muncul beberapa nama Kiai yang terlibat dalam mengorganisir massa untuk menghadapi gempuran NICA, baik di pertempuran 10 November di Surabaya maupun pertempuran-pertempuran lain di Banyuwangi. Nama Kiai Saleh Lateng terdengar nyaring dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Selain melakukan tirakat (riyadlah) demi mewujudkan kemerdekaan bangsa, Kiai Saleh menjadi tempat jujukan para santri dan pejuang lainnya untuk meminta nasehat dan doa. Kiai Saleh juga mengirimkan para santrinya untuk ikut perang di Surabaya. Bahkan, pada peperangan yang kelak dikenal sebagai hari pahlawan tersebut, beliau tampak ikut bertempur di medan laga.

Kiai Syamsuri Singonegaran dan Kiai Abdul Wahab Penataban juga merupakan punggawa pasukan Sabilillah Banyuwangi. Kedua orang tersebut merupakan sahabat karib dan seperjuangan Kiai Saleh. Masjid Riyadus Sholihin Singonegaran yang didirikan oleh Kiai Syamsuri kerap menjadi jujukan para laskar Hisbullah. Konon, ada beberapa anggota laskar yang terluka dan dibawa kesana, lalu akhirnya meninggal dan dimakamkan tak jauh dari sana.

Sedangkan Kiai Wahab sendiri memiliki kemampuan kanuragan yang luar biasa. Bom-bom yang berjatuhan dari pesawat tempur Belanda, tak satu pun yang meledak. Mungkin hal ini terdengar mustahil, namun hal ini nyata adanya. Surat kabar “Kedaulatan Rakjat” tertanggal 26-11-1945, mengkonfirmasi hal tersebut.
“Kesaktian kijai2 di medan pertempoeran, ternyata boekan hanja berita lagi, tapi kita saksikan sendiri. Banjak mortier jang melempem, bom tidak meledak dsbnja lagi.”
Selain nama-nama di atas, juga muncul seorang kiai muda asal Tukangkayu, Kiai Harun. Pendiri PP Darunnajah yang juga menjadi ketua cabang NU Banyuwangi ini menjadi semacam kordinator penggerak santri dan laskar ke medan tempur. Pesantrennya yang tak jauh dari stasiun Banyuwangi Lama (Pasar Karangrejo) menjadi meeting point sebelum berangkat ke Surabaya. Konon, ada dua rombongan dari Banyuwangi, ada yang turun di stasiun Gedangan, Surabaya lalu langsung terlibat pertempuran. Ada pula yang menuju ke Parakan terlebih dahulu untuk memohon barakah bambu runcing ke Kiai Subkhi.
Geser ke Selatan, ada nama Kiai Abdullah Faqih di Cemoro, Songgon. Sebagai salah satu kiai sepuh, Kiai Faqih juga menjadi bagian dari pasukan Sabilillah yang bagian mendoakan dan berperang dengan mendayagunakan kekuatan spritualnya. Kisah yang beredar turun temurun, Kiai Faqih memimpin beberapa peperangan di Banyuwangi, baik perang Bedewang maupub perang Laban hanya dengan memendam dirinya disebuah bukit di desa Parangharjo, Songgon.

Tak hanya Kiai Faqih, putra-putra dan para santrinya pun ikut serta dalam pertempuran. Dengan nama Laskar Santri Cemoro dibawah pimpinan Gus Sholeh dan Gus Idris, segenap jiwa raga mereka persembahkan untuk ibu pertiwi Indonesia. Bahkan, Gus Idris syahid di tengah medan tempur.
Di Srono adapula kiai kharismatik yang menggerakkan masyarakat dan santrinya untuk berjuang. Kiai Dimyati Syafi’i namanya. Rois Syuriah NU Blambangan ini tanpa ragu memfatwakan warga nahdliyin untuk ikut berjihad sebagaimana instruksi dari PBNU kala itu. Tak ayal, ketika perjuangan beliau terendus Belanda, seketika langsung dibumi hanguskan pesantrennya, PP. Nahdlatut Thullab, Kepundungan, Srono.

Tak jauh dari Srono, di Muncar muncul dua kiai pejuang asal satu desa yang sama, Sumberberas. Yaitu duet Kiai Askandar (Mambaul Ulum) dan Kiai Abdul Manan (Minhajut Thullab). Waktu pengepungan Belanda ke pesantren, Kiai Abdul Manan berhasil lolos dengan bersembunyi di rumah salah satu warga.
Beranjak ke daerah Pesanggaran juga muncul nama Kiai Muhammad dan Kiai Musaddad yang memimpin Front Kayangan Alaspurwo dan Sukomade. Di pasukan yang senantiasa bergerilya inilah, Kiai Mukhtar Syafaat (PP. Darussalam, Blokagung) muda ikut bergabung.
Di sisi barat Banyuwangi, muncul nama Kiai Junaidi Genteng. Pengasuh PP. Bustanul Makmur ini kerap kali mengajak para santrinya untuk bergerilya. Atas perjuangannya inilah, kerap pula pasukan Belanda melakukan razia.

Tak jauh dari situ, ada pula kiai sepuh yang juga menjadi jujukan para santri dan pejuang untuk memohon doa dan karomah. Kiai Abbas Hasan, Sempu namanya. Mortir-mortir Belanda yang dijatuhkan di pesantrennya – PP. Al-Azhar – tak ada yang meledak. Meleset dan melempem semua.
Di Kalibaru, juga muncul kiai muda yang tergabung dalam laskar Hisbullah, Kiai Abdul Latif Syuja. Tak hanya didaerah Banyuwangi, Kiai Abdul Latif bergerak pula hingga ke wilayah Keresidenan Basuki lainnya. Saat itu, dibawah komando KHR. As’ad Syamsul Arifin, Situbondo.

Selain nama-nama di atas, juga masih banyak kiai-kiai lain yang ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di ujung timur pulau Jawa. Mereka berjuang tanpa pamrih. Semata-mata untuk mengharap ridlo Allah dalam menegakkan Agama dan sejahteranya tanah air. Hanya dengan pekik “Allahu Akbar” dan “Indonesia Merdeka” mereka berjuang hingga titik darah penghabisan.

Sebagai generasi penerus, hanya doa terbaik dan segenap usaha mengisi tiap-tiap peringatan Kemerdekaan RI yang bisa kami persembahkan untuk para pejuang. Teruntuk semua pejuang, Alfatihah….

Keterangan foto:

  1. Mbah KHR. AS’AD SYAMSUL ARIFIN SITUBONDO saat perang kemerdekaan
  2. PASUKAN SANTRI

 


MADRASAH PANTJASILA NU TAMBAKBERAS

Masih dari kiriman Gus Maimun, dua foto ini asli dan disimpan di rumah Gus Maimun.

Foto kedua, adalah sama dengan foto yang telah saya unggah tadi.

Foto pertama, yang sebelah kanan adalah KH. Khoiri (alumni Tambakberas), kakaknya KH. Abdulloh Abu Hasan. Lokasi juga di depan Madrasah Pantja Sila. Almarhum KH. Khoiri kira-kira mondok di Tambakberas sekitar tahun 1948 sampai lulus Muallimin, begitulah kata nyai khoiriyah, istri KH. Khoiri.

Gus Maimun Mutho diberitahu oleh almarhum KH. Irsyad Thohir bahwa foto itu di baratnya dalem Mbah Kiai Wahab, insyaalloh beliau juga cerita ke Gus Didik Khumaidi.

Gus Maimun Mutho juga diberitahu Nyai khoiriyah (istri KH. Khoiri) bahwa foto itu di Tambakberas.

Gus Maimun Mutho mendapatkan kabar juga dari Gus Syarif Hidayatullah, putranya KH. Irsyad Thohir yang pernah mondok di Tambakberas dan sekolah di SP bahwa insya Allah benar fotonya di bekas gedung SP (Sekolah persiapan ke Mu’allimin) yang sekarang sudah jadi kantor pusat Yayasan.

Gus Didik Khumaidi alumni Tambakberas (kakak Gus Maimun Mutho) baru saja saya japri juga bilang bahwa KH. Irsyad Thohir pernah menyampaikan bahwa lokasi foto itu di sebelah barat ndalem Mbah Wahab yang saat ini menjadi gedung yayasan pondok.

Sumber : Ainur Rofiq Al Amin

Created By :

NAWA PRASETYA BANSER

 

  1. Kami Barisan Ansor Serbaguna, bertaqwa kepada ALLAH SWT.
  2. Kami Barisan Ansor Serbaguna, setia kepada PANCASILA dan UUD 1945.
  3. Kami Barisan Ansor Serbaguna, memegang teguh cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
  4. Kami Barisan Ansor Serbaguna, taat dan ta’dzhim kepada Khittah NU 1926.
  5. Kami Barisan Ansor Serbaguna, setia dan berani membela kebenaran dalam wadah Perjuangan Ansor, demi terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia.
  6. Kami Barisan Ansor Serbaguna, peduli terhadap nasib umat manusia tanpa memandang suku, bangsa, agama dan golongan.
  7. Kami Barisan Ansor Serbaguna, menjungjung tinggi nilai-nilai kejujuran , kebenaran, keadilan, dan demokrasi Pancasila.
  8. Kami Barisan Ansor Serbaguna, siap mengorbankan seluruh jiwa, raga, dan harta demi mencapai ridlo ilahi.
  9. Kami Barisan Ansor Serbaguna, senantiasa siap siaga membela kehormatan dan martabat bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Semoga ALLAH SWT Meridhoi setiap langkah Kita dalam menjalankan Nawa Prasetya Banser, Amin..

GUS DUR IKU ALIM ALIME WONG PALING ALIM JAMAN IKI


 
 
SORBAN SANTRI- Sejak masih remaja, nama Gus Dur mulai akrab. Namun, pengetahuan Shuniyya hanya sebatas bahwa Gus Dur adalah cucu Hadlrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Dan saat itu dikenal sebagai orang yang kritis berani melawan pemerintahan Orde Baru yang dikenal otoriter. Akibatnya, banyak berita miring tentang figur Gus Dur.
Sering sekali Shuniyya dibuat kebingungan bagaimana bisa perilaku seorang Gus, keturunan darah biru “premium edition” pesantren bisa aneh dan nyleneh. Tidak pernah ada contoh seperti itu sebelumnya. Namun, Shuniyya hanya bisa diam saja. Hingga akhirnya beliau KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden Indonesia.
Sebagai Presiden, tentu saja menjadi sorotan publik. Segala perilaku, gerak, apalagi statemen beliau selalu saja bisa kita ikuti dimana-mana. Melihat hal ini, lama-lama Shuniyya merasa tidak nyaman. Akhirnya, bertanya kepada guru Shuniyya, Simbah Kyai Iskandar Jogja almarhum (wafat tahun 2007).
“Mbah, Gus Dur itu kan Kyai, tapi kok perilakunya seperti itu ya, aneh tur nganeh-anehi,”
Mbah Yai Is tersenyum. Beliau menjawab, “Aslinya, Gus Dur itu tidak aneh. Kita saja yang tidak nutut ilmunya, sehingga memandang beliau aneh…. Seandainya orang seperti simbah ini ada seribu, diikat dikumpulkan jadi satu, ilmunya tidak ada sekuku hitamnya Gus Dur… Gus Dur iku alim-alime wong paling alim jaman iki,”
Shuniyya kaget setengah mati mendengar jawaban ini. Rasa malu dan kagum bercampur jadi satu. Penasaran juga, dan entah kenapa, menjadi sebuah kerinduan untuk bisa langsung bermuwajahah dengan Gus Dur. Saat itu juga, Shuniyya mohon doa dan restu dari Mbah Yai supaya bisa bertemu dengan Gus Dur dan belajar dari beliau.
Doa Mbah Yai Is dikabulkan Gusti Allah. Tahun 2001 beberapa bulan setelah beliau tidak menjadi Presiden, pada suatu acara di Jogja, Shuniyya berhasil ketemu Gus Dur. Subhanallah… Tidak ada kata yang bisa melukiskan kebahagiaan waktu itu. bertemu dengan sealim-alimnya manusia paling alim di jaman ini.
Pertemuan dengan Gus Dur menjadi lebih instensif setelah Shuniyya hijrah ke Jakarta pada bulan Mei 2005 hingga berangkatnya beliau ke rofiqul a’la pada 30 Desember 2009.
Walau sekejap pertemuan itu, namun tali rasa yang dijalin, sebagai guru, orangtua,kekasih, pecinta Gus Dur tidak akan pudar dan cerita ini akan Shuniyya turunkan kepada anak cucu.
Berangkatnya Gus Dur ke rofiqul a’la menjadi ayat dan hikmah yang luar biasa. Yakni, terjalinnya silaturahim dengan keluarga, murid dan pecinta beliau di seantero dunia… (Syarif Hidayatulloh Al Dadapani)
I Love u mbah Wali Gus Dur
Ila ruhi Mbah Wali Gus Dur wa zawjatihi wa dzurriyahitihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah… wa muhibbihi ya Allah … wa muhibbihi ya Allah… syaiun lillahi lana wa lahumul Fatihah…
 
Shuniyya Ruhama
 
 

ASMAUL HUSNA

 

POSTER ASMAUL HUSNA BESAR LAIN DARI YANG LAIN

 

Rabu, 05 Agustus 2020

E-KTA Nasional Pagar Nusa

kta pagar nusa

E-KTA Nasional Pagar Nusa – Pimpinan Pusat Pagar Nusa (PP) menerbitkan E-KTA Nasional dalam rangka penertiban administrasi untuk pendataan Anggota Pagar Nusa di dalam dan di luar Negeri. Sesuai surat yang diedarkan Nomer:697/A-I/PP-III/XI/2019 dengan perihal Intruksi.

  1. Melakukan pengisian data anggota Pagar Nusa, hanya melalui laman https://anggota.pagarnusa.or.id/
  2. Pimpinan Wilayah/Cabang supaya mensosialisasikan ke Anggotanya untuk mengisi formulir melalui laman tersebut.
  3. Pimpinan Wilayah/Cabang membuat surat tugas perihal penugasan menjadi Admin Verivikator data Anggota untuk memverivikasi data anggota di daerah tersebut.
  4. Pimpunan Pusat hanya menerbitkan nomer Anggota Pagar Nusa yang berlaku Nasional dan menyiapkan Identitas Elektronik Anggota Pagar Nusa / E-KTA (Silahkan Download ApK di: http:/bit.ly/pnmobileapp).
  5. Berkaitan dengan cetak fisik KTA, diserahkan sepenuhnya pada masing-masing Pimpinan Wilayah/Cabang.
  6. Cetak fisik KTA hanya merujuk pada data Nasional di Pimpinan Pusat, data bisa diperoleh melalui Admin Verivikator yang sudah ditunjuk Pimpinan Wilayah/Cabang.
E KTA Pagar Nusa

Pengisian Data

Sebelum melakukan pengisian Data melalui https://anggota.pagarnusa.or.id, Anda perlu menyiapkan beberapa dokumen seperti :

  • Pas Foto (Tampak Wajah Depan, Proposi 80%, Background Merah dengan menggunakan Seragam Pagar Nusa Lengkap).
  • File Pas Foto Kartu Identitas KTP/SIM (Wajib dalam format JPG/PNG dengan ukuran maksimal 1MB).
  • Lakukan pengisian data secara lengkap dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan.
  • Silahkan hubungi Pimpinan Wilayah/Cabang untuk Verifikasi data yang anda kirimkan.
  • Anda bisa mengecek data anda melalui Aplikasi Pagar Nusa Mobile yang bisa di Download melalui : http://bit.ly/pnmobileapp
  • Untuk menggunakan aplikasi Pagar Nusa Mobile Versi Android harus 7.0 ke atas.

Demikian Informasi yang dapat kami sampaikan, Untuk diteruskan dan disosialisasikan keseluruh Anggota Pagar Nusa di dalam Negeri maupun di luar Negeri. Terimakasih


https://pagarnusa.online/e-kta-nasional-pagar-nusa